Jumat, 14 Januari 2011

mamfaat baca Al-Qur'an

Keutamaan Membaca Alqur'an
Para fuqoha telah bersepakat bahwa membaca Al Qur’an lebih utama daripada dzikir-dzikir maupun wirid-wirid lain yang dikhususkan pada suatu masa atau tempat tertentu, sebagaimana ditunjukkan oleh al qur’an maupun sunnah.
Diantaranya firman Allah swt :
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا

Artinya : “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al Isra : 9)
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ خَسَارًا

Artinya : “Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al Isra : 82)
لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya : “Kalau sekiranya kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al Hasyr : 21)
Adapun diantara dalil-dalil dari hadits-hadits Rasulullah saw :
Sabda Rasulullah saw,“Orang yang mahir dalam Al Qur’an bersama duta-duta mulia lagi suci. Dan siapa yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan maka baginya dua pahala.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Sabda Rasulullah saw,“Orang yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan setara dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf akan tetapi alih satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
Sabda Rasulullah saw,“Dikatakan kepada para pembawa al Qur’an : baca dan naiklah serta tartilkan sebagaimana engkau telah mentartilkannya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Ahmad)
Namun para ulama berbeda pandapat tentang perbedaan keutamaan diantara ayat-ayat Al Qur’an :
Jumhur ulama berpendapat bahwa sebagian surat dan ayat didalam Al Qur’an lebih utama dari sebagian yang lain berdasarkan nash-nash yang ada, diantaranya sabda Rasulullah saw,”Tidakkah kamu melihat ayat-ayat yang diturunkan pada waktu malam hari dan tidak satupun seperti ayat-ayat itu? Qul A’udzu birobbil falaq dan Qul A’udzu birobbin naas.” (HR. Muslim)
Sabdanya saw, ”Sesungguhnya satu surat didalam Al Qur’an yang terdapat didalamnya 30 ayat dapat memberikan syafaat bagi sseseorang sehingga dia diampuni (dosa-dosanya), yaitu surat Tabarokalladzi biyadihil mulk’ (Al Mulk).” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Sementara Malik, Abul Hasan al Asy’ariy, Ibnu Hibban, Yahya bin Yahya dan al Qodhi Abu Bakar al Baqilani berpendapat bahwa tidak ada didalam Al Qur’an satu (ayat atau surat) yang lebih utama dari yang lainnya karena seluruhnya adalah perkataan Allah swt lalu bagaimana sebagiannya lebih utama dari sebagian yang lainnya? Bagaimana bisa sebagiannya lebih mulia dari sebagian lainnya? Dan agar tidak membuat bingung adanya yang dilebihkan berarti mengurangi kelebihan yang lainnya, untuk itu Imam Malik memakruhkan mengulang-ulang bacaan suatu surat sementara tidak pada surat yang lainnya. (al Mausu’ah al Fiqhiyah juz II hal 11634)
Banyak sekali kitab-kitab yang mengulas tentang keutamaan membaca Al Qur’an ini dikarenakan banyaknya dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut baik dalil-dalil yang bersumber dari Kitabullah maupun hadits-hadits Nabi saw.
Diantara keutamaan-keutamaan lainnya yang disebutkan oleh asy Syeikh al Imam Abul Fadhl Abdurrahman bin Ahmad bin al Hasan ar Roziy al Muqri’ didalam kitabnya “Fadho’ilul Qur’an” adalah :
1. Keutamaan Al Qur’an dibandingkan perkataan-perkataan lainnya :
Sabda Rasulullah saw,”Keutamaan firman Allah azza wa jalla dibandingkan seluruh perkataan bagaikan keutamaan Allah dengan selain-Nya (makhluk-Nya.” (HR. Ad Darimi)
2. Al Qur’an lebih dicintai Allah swt daripada langit dan bumi serta yang ada didalamnya.
Sabda Rasulullah saw,”Al Qur’an lebih dicintai Allah daripada langit dan bumi serta yang ada didalamnya.” (HR. Ad Darimi)
3. Al Qur’an adalah cahaya ditengah kegelapan
Sabda Rasulullah saw,”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi)
4. Ahlul Qur’an adalah keluarga Allah swt
Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.’ Beliau saw ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau saw menjawab,’mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
5. Mereka adalah sebaik-baik umat.
Sabda Rasulullah saw,”Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori, Abu Daud dan tirmidzi)
6. Mereka diberikan apa-apa yang diberikan kepada para nabi kecuali wahyu
“Pada hari kiamat didatangkan para pembawa Al Qur’an lalu Allah azza jalla berkata,’kalianlah wadah perkaan-Ku (Al Qur’an) maka aku berikan kepada kalian apa-apa yang Aku berikan kepada para nabi kecuali wahyu.” …… (Fadhoilul Qur’an hal 9 – 11)
Wallahu A’lam
Keutamaan Surah Al Kahfi di hari Jumat
Surah Al Kahfi disebut juga Ashabul Kahf adalah surah ke-18 dalam Al Qur'an. Surah ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Dinamai Al-Kahf dan Ashabul Kahf yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surah ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung pelajaran-pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Terdapat beberapa hadits Rasulullah SAW yang menyatakan keutamaan membaca surah ini.

Pada kesempatan ini saya akan mengingatkan kembali pada saudaraku sesama muslim tentang keutamaan membaca Surah Al Kahfi di hari Jumat. Baik itu pada malam jumat maupun hari Jumat. Membaca surat Al Kahfi adalah suatu hal yang sangat dianjurkan (mustahab) di hari Jumat karena kandungan pahala yang sangat besar sebagaimana Hadist Rasulullah SAW


مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (HR. Ad Darimi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471)

Selanjutnya disebutkan pula dalam hadist yang lain :


مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470)

Berdasarkan kedua hadist diatas maka dapat dilihat dengan jelas keutamaan membaca surah Al Kahfi baik pada malam jumat maupun pada hari Jumat. Oleh karena itu semoga kita semua dapat melaksanakan amalan tersebut seumur hidup kita. Wassalam

keutamaan Membaca Surat Yaasin
diantara hadits yang menyebutkan keutamaan pembacaan surat yasin ini disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad dari Ma’qal bin Yasar dari Nabis aw bersabda,”Bacalah kepada (orang yang menjelang) kematiannya surat yasiin.”
Al ‘Alamah Abu ath Thayib Abadiy mengatakan bahwa hal itu adalah terhadap orang yang menjelang kematiannya. Barangkali dengan membacakannya maka hal itu akan memudahkannya saat menghadapi sakaratul maut karena didalam surat itu disebutkan nama Allah swt, keadaan hari kiama dan hari kebangkitan.
Imam ar Rozi mengatakan didalam “At Tafsirul Kabir” bahwa perintah membacakan surat yasin terhadap orang yang dekat dengan kematiannya ini juga berdasarkan sabdanya saw,”Segala sesuatu memiliki jantung dan jantung al Qur’an itu adalah yasin.”
Hal itu dikarenakan keadaan lidah pada saat itu sangatlah lemah berbeda dengan hati secara keseluruhannya mampu menghadap Allah. Oleh karena itu dibacakanlah kepadanya sesuatu yang dapat menambah kekuatan hatinya dan menyandarkan kejujurannya dengan yang pokok, yaitu amal dan fungsinya. (Aunul Ma’bud juz VIII hal 279)
Ibnu Katsir meyebutkan didalam tafsirnya bahwa sebagian ulama mengatakan,”Diantara kekhususan surat ini adalah tidaklah seseorang membaca surat ini dalam keadaan sulit kecuali Allah akan memberikan kemudahan kepadanya. Dan sepertihalnya ketika surat ini dibacakan terhadap orang yang menjelang kematiannya maka akan turun kepadanya rahmat dan keberkahan dan untuk memberikan kemudahan keluarnya ruh dari jasadnya.”
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah bercerita kepada kami Abdul Mughirah,”Telah bercerita kepada kami Shafwan berkata bahwa para syeikh telah mengatakan,”Apabila dibacakan—surat yasin—terhadap orang yang menjelang kematian maka akan diringankan bebannya. (Tafsir al Qur’anil Azhim juz VI hal 562)
Hadits-hadits lain tentang keutamaan surat yasin seperti sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang membaca yasin maka Allah akan tuliskan pembacaannya itu sama dengan membaca al qur’an sepuluh kali selain yasin.” Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini gharib yaitu diriwayatkan hanya oleh satu orang saja.
Sabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang membaca yasin pada suatu malam dengan mengharapkan wajah Allah maka dia akan diampuni.” (HR. Malik, Ibnus Sunni dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban) dan hadits dinyatakan lemah oleh Imam al Haitsami.
Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa yang membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang didalamnya disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam keadaan diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan hadits ini adalah batil yang tidak memiliki dasar. (al Maudhu’at juz I hal 247)
Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada suatu malam—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’—disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam lainnya.
Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,”Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam (shalat malam) diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali apabila hari itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.” (HR. Muslim
Surat Alwaqiah
Ubay bin Ka’b berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Wâqi’ah, ia akan dicatat tidak tergolong pada orang-orang yang lalai.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).
Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.” .” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah pada malam Jum’at, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh manusia, tidak melihat kesengsaraan, kefakiran, kebutuhan, dan penyakit dunia; surat ini adalah bagian dari sahabat Amirul Mukimin (sa) yang bagi beliau memiliki keistimewaan yang tidak tertandingi oleh yang lain.” (Tafsir Nur Ats-Tsaqalayn 5/203).
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Barangsiapa yang merindukan surga dan sifatnya, maka bacalah surat Al-Waqi’ah; dan barangsiapa yang ingin melihat sifat neraka, maka bacalah surat As-Sajadah.” (Tsawabul A’mal, hlm 117).
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah sebelum tidur, ia akan berjumpa dengan Allah dalam keadaan wajahnya seperti bulan purnama.” (Tsawabul A’mal, halaman

keutamaan shalat sunnat

Ke utamaan sholat dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika waktu dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka'at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka'at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka'at sekali salam.
Hadits Rasulullah SAW terkait shalat dhuha antara lain :
“Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R. Tarmiji dan Abu Majah)
"Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak busa lautan." (H.R Turmudzi)
"Dari Ummu Hani bahwa Rasulullah SAW shalat dhuha 8 rakaat dan bersalam tiap dua rakaat." (HR Abu Daud)
"Dari Zaid bin Arqam ra. Berkata,"Nabi SAW keluar ke penduduk Quba dan mereka sedang shalat dhuha‘. Beliau bersabda,?Shalat awwabin (duha‘) berakhir hingga panas menyengat (tengah hari)." (HR Ahmad Muslim dan Tirmidzi)
Pada dasarnya doa setelah shalat dhuha dapat menggunakan do'a apapun. Doa yang biasa dilakukan oleh Rasulullah selepas shalat dhuha adalah :
"Ya Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu". "Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi , keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh".
“ KEUTAMAAN SHALAT SUNNAT DHUHA “
“ KEUTAMAAN SHALAT SUNNAT DHUHA “
Oleh : H. Sunaryo A.Y.

Shalat Dhuha ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu Matahari

sedang naik, yaitu kira-kira setinggi lebih kurang 7 (tujuh) hasta atau

sekitar setinggi satu tombak yaitu antara pukul 07.00 pagi sampai masuk

waktu Dzuhur, ( sekitar pukul 11.00 siang ).
Adapun dalil Shalat Sunnat Dhuha adalah sabda Rosulullah SAW

dalam beberapa Hadist dari Sahabat Abu Huraira ra antara lain sebagai

berikut :
• Bersabda Rosulullah SAW :
“ Siapa saja yang dapat mengerjakan Shalat Dhuha dengan langgeng, akan di

ampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan. “

( HR Tirmidzi )
• Nabi Muhammad SAW bersabda :
“ Sesungguhnya di Surga itu ada pintu yang disebut pintu Dhuha, maka

tatkala di hari Kiamat nanti ada panggilan khatib : “ Siapakah orang yang

suka membiasakan shalat Dhuha ? Inilah pintu kamu sekalian, masuklah kamu

sekalian dengan penuh Rahmat Allah SWT. “ ( HR Thabrani )
• Abu Hurairah ra pernah berkata :
“ Di perintahkan kepadaku oleh kekasihku Nabi SAW untuk berpuasa 3 (tiga

) hari pada tiap-tiap bulan, mengerjakan 2 ( dua ) rakaat Shalat Sunnat

Dhuha, dan supaya saya berwitir sebelum tidur.” ( HR Bukhari dan Muslim

)
• Dari Mu’im bin Hammar, bahwasanya Nabi SAW bersabda :
“ Tuhanmu yang Maha Tinggi telah berseru : “ Hai anak Adam ! Shalatlah

empat rakaat bagi Aku dari awal siang. Maka Aku akan cukupkan engkau di

akhir siang itu”. ( HR Ahmad dan Abu Daud )
• Dari Aisyah ra, ia berkata : “ Adalah Rosulullah SAW biasa Shalat

Dhuha 4 ( empat ) rakaat dan ia menambah ( sebanyak mungkin ) menurut apa

yang dikehendaki Allah SWT.” (HR Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah )
• Dari Ummu Hani diceritakan, sesungguhnya ia pernah datang kepada

Nabi SAW pada tahun di taklukkannya kota Mekkah. Waktu itu, Nabi SAW

berada di bagian atas kota Mekkah. Lalu Rosulullah SAW berdiri menuju ke

tempat mandinya. Fatimah lantas mendinginkannya. Kemudian ia mengambil

pakaiannya dan berselimut dengan pakaian itu. Selanjutnya, ia Shalat 8 (

delapan ) rakaat, yaitu Shalat Dhuha. ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun keutamaan ( fadhilah ) Shalat Sunnat Dhuha perhatikan

Hadist-Hadist Rosulullah SAW seperti berikut :
• Nabi Muhammad SAW bersabda :



“ Pada tiap pagi dianjurkan atas diri seseorang dari kamu untuk

bersedekah. Maka tiap-tiap tasbih itu sedekah dan tiap-tiap tahmid ( puji

) itu sedekah. Pada tiap-tiap tahlil pun sedekah dan tiap-tiap menyuruh

kepada kebaikan itu juga sedekah. Begitu pula mencegah kemungkaran itu

sedekah. Namun diantara semua itu cukuplah sebagai penggantinya ialah

mengerjakan dua rakaat Dhuha. “ ( HR Muslim dan Abu Dzar )
• Dari Abdullah bin Buraidah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa ia

pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda :
“ Dalam diri manusia itu ada 360 ( Tiga Ratus Enam Puluh ) ruas yang

setiap darinya diharuskan bersedekah. Para Sahabat bertanya : Kalau

begitu, siapa yang mampu berbuat demikian ya Rosulullah ? Rosulullah SAW

menjawab : “ Mengeluarkan dahak di Masjid lalu ditanamnya atau

menyingkirkan sesuatu gangguan dari jalan, itu juga sedekah. Tetapi kalau

engkau tidak bisa, kerjakanlah dua rakaat Dhuha. Karena itu mencukupi

dari semua itu “ ( HR Ahmad dan Abu Daud )
Saudaraku, sesama Muslim.
Begitu banyak fadhilah, keutamaan Shalat Sunnat Dhuha, seyogyanya sebagai

muslim yang baik tergerak hati kita untuk mengerjakan ( mengamalkan )

Shalat Sunnat Dhuha. Betapa tidak, kapan lagi kita akan mendapatkan

kesempatan untuk meraih, menggapai pahala untuk bekal akhirat kita ?

Hayo, saudaraku, jangan ragu dan bimbang lagi, mari dengan ikhlas kita

mengerjakan Shalat Sunnat Dhuha.

• Cara mengerjakan Shalat Dhuha.
1. Niat Shalat Dhuha :

2. Surat yang dibaca setelah Al-Fatihah :
a. Pada rakaat pertama surat Asy-Syams.
b. Pada rakaat kedua surat Adh-Dhuha.
3. Selesai shalat, membaca do’a sebagai berikut :

“ Ya Allah, ya Tuhanku, bahwa kami waktu Dhuha itu milik Engkau dan

kebajikan ( kemewahan ) itu milik Engkau, dan keindahan itu milik Engkau

dan kekuatan itu milik Engkau dan kekuasaan itu milik Engkau dan

pemeliharaan itu milik Engkau. Ya Allah, Tuhanku, jika keadaan rezekiku

di langit, maka turunkanlah dan jika adanya didalam bumi maka

keluarkanlah dan jika adanya didalam air atau dilaut maka keluarkanlah ia

dan jika ia lambat, percepatlah dan jika ia sulit, gampangkanlah dan jika

ia haram, sucikanlah dan jika jauh, dekatkanlah ia dan jika sedikit,

perbanyaklah ia padaku dan jika banyak, berkahilah ia bagiku dan

sampaikanlah dimana saja aku berada. Janganlah Engkau pindahkan aku ke

tempat itu, dan jadikanlah tanganku diatasnya, untuk menjadi pemberi dan

janganlah tanganku dijadikan dibawah untuk jadi tukang minta.

Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan hak ( bekal )

Dhuha Engkau, kebagusan Engkau, keindahan Engkau, kekuatan Engkau,

kekuasaan Engkau dan pemeliharaan Engkau. Tiada daya dan kekuatan,

kecuali dengan pertolongan Engkau. Berilah aku apa yang Engkau engkau

kepada hamba-hamba Engkau yang soleh. Dan sampaikanlah shalawat kepada

Nabi Muhammad SAW dan keluarganya beserta para Sahabatnya. Semoga mereka

mendapat keselamatan dan segala Puji bagi Allah, Tuhan Seru Sekalian

Alam.”
Saudaraku, kerjakanlah Shalat Sunnat Dhuha setiap pagi, paling

sedikit 2 ( dua ) rakaat atau 4 ( empat ) rakaat atau 6 ( Enam ) rakaat

dan paling banyak 8 ( delapan ) rakaat.
****
( Bahan-bahan (materi) dikutip dari Buku “FIQIH” Oleh : Drs. H. Moh

Rifai, Untuk Madrasah Aliyah. Kurikulum 1984, Edisi 1991. Penerbit

“Wicaksana “ Semarang, buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” Oleh : Abdul Manan

bin H. Muhammad Sobari dan Buku “KUMPULAN SHALAT SUNNAT” Oleh :
“ KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD ”
Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakansholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan denganAllah SWT.
Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”
(QS : Al-Isro’ : 79)
Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan .
Sahabat Abdullah bin
Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam” ( HR. Muslim )
Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 – Subuh )
Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”
Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)
Bersabda Rosulullah SAW :
“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim )
Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia ) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )
Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2 ( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas ) raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua ) rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.
Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron 18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh membaca surat yang lain yang sudah dihafal.Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya
disiram air.” (HR Abu Daud)
Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan (perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)
Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.
Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.
(Bahan (materi) di ambil dari buku “RAHASIA SHALAT SUNNAT” (Bimbingan
Lengkap dan Praktis) Oleh: Abdul Manan bin H. Muhammad S
EUTAMAAN SHALAT TAHAJJUD / QIYAMULLAIL:
1. Orang yang shalat tahajud akan dibangkitkan Allah dalam di tempat yang terpuji.
Allah SWT Berfirman: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Isra: 79)
2. Orang yang shalat tahajud adalah orang yang disebut oleh Allah sebagai muhsinin dan berhak mendapatkan kebaikan dari-Nya serta rahmat-Nya.
Allah SWT Berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). (QS Az-Zariyah: 15-18)

3. Orang yang shalat tahajud dipuji Allah dan dimasukkan kedalam kelompok hamba-nya yang baik-baik.

Allah SWT Berfirman:

Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (QS. Al-Furqan: 63-64)

4. Kepada Orang yang shalat tahajud, Allah bersaksi atas mereka bahwa mereka adalah orang yang beriman.

Allah SWT Berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.

Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam ni'mat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-Sajdah: 15-17)

5 Allah membedakan Orang yang shalat tahajud dengan yang tidak secara jelas dan bahwa mereka berbeda dengan lainnya

Allah SWT Berfirman:

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az-Zumar: 9)

6. Kepada Orang yang shalat tahajud, Rasulullah SAW mengatakan bahwa mereka pasti akan masuk surga.

Rasulullah SAW bersabda:

Wahai manusia, sebarkanlah salam, beri makanlah, sambung tali kasih, shalat malamlah saat orang pada terlelap, maka masuklah surga dengan selamat. (HR. Al-Hakim, Ibnu Majah, At-Tirmizy).

7. Shalat tahajjud itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kita, sarana pendekatan kepada Allah, penghapus keburukan, pencegah dosa dan penangkal penyakit di badan.

Rasulullah SAW bersabda kepada Salman al-Farisi:

"Hendaklah kamu melaksanakan qiyamullail karena qiyamullail itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kita, sarana pendekatan kepada Allah, penghapus keburukan, pencegah dosa dan penangkal penyakit di badan." (HR. A-Tabarani dan Al-Hatsami).

قِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (٧٨) 78. dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).

Di antara sholat wajib lima waktu, sholat Subuh memiliki rakaat yang paling sedikit yaitu dua rakaat. Namun, sholat yang waktunya dikerjakan pada permulaan hari tersebut memiliki keutamaan yang sangat besar. Di kala hari masih gelap dan udaranya yang dingin, sholat Subuh terasa berat bagi sebagian orang. Terkadang pula rasa kantuk masih menghinggap sehingga tak ayal seseorang akan tertidur lagi dan melewati waktu subuh.
Shalat Subuh merupakan satu di antara shalat wajib lima waktu yang mempunyai
kekhususan dari shalat lainnya dan mempunyai keutamaan yang luar biasa. Pada
saat inilah pergantian malam dan siang dimulai. Pada saat ini pula malaikat
malam dan siang berganti tugas (HR Al-Bukhari).

Karenanya, beruntunglah mereka yang dapat melaksanakan shalat Subuh pada awal
waktu sebab disaksikan oleh malaikat, baik malaikat yang bertugas pada malam
hari maupun siang.
“Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya’ dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak” [HR Al-Bukhari dan Muslim]
قِمِ الصَّلاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ
وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا (٧٨)
78. dirikanlah shalat dari sesudah matahari
tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865].
Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).


betapa sholat Subuh sangat berpengaruh pada kehidupan manusia
terutama di permulaan hari yang akan dijalaninya. Dengan bangun di pagi
buta (subuh) kita akan mendapatkan udara sejuk dan sehat di pagi hari.
Bila kita tidak pernah terlewat untuk mengerjakan sholat Subuh, Insya
Allah kita akan bersemangat menjalani sehari penuh serta hari-hari
esoknya.
Keutamaan-keutamaan sholat Subuh lainnya yaitu:
1. Mendapatkan pahala yang luar biasa besarnya, melebihi keindahan dunia dan isinya, sebagaimana telah disebutkan dalam satu riwayat Imam At Turmuzi: '”Dari Aisyah ra telah bersabda Rasulullah saw, Dua rakat shalat Fajar pahalanya lebih indah dari pada dunia dan isinya.”
2. Selalu berada dalam lindungan Allah swt. Rasulullah bersabda: ''Barangsiapa yang menunaikan sholat Subuh maka ia berada dalam jaminan Allah. Maka jangan coba-coba membuat Allah membuktikan janji-Nya. Barangsiapa yang membunuh orang yang menunaikan shalat Subuh, Allah akan menuntutnya, sehingga Ia akan membenamkan mukanya ke dalam neraka. (HR Muslim, At-Tirmizi dan Ibnu Majah)
3. Allah akan memberikan surga yang dijanjikan. Diriwayatkan dari Abu Musa al Asy'ari ra ia berkata Rasulullah saw bersabda: ''Barangsiapa yang sholat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.'' (HR Al Bukhari). Dua waktu yang dingin itu adalah sholat Subuh dan sholat Ashar.
4. Akan dapat melihat Allah, sebagaimana Hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah ra: ''Kami sedang duduk bersama Rasulullah saw, ketika melihat bulan purnama. Beliau berkata, ''Sungguh, kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya. Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan sholat sebelum terbit matahari dan sholat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.'' (HR. Bukhari dan Muslim).
5. Rasulullah saw mendoakan umatnya yang bergegas dalam melaksanakan sholat Subuh, sebagaimana disebutkan dalam suatu hadits, ''Ya Allah berkahilah umatku selama mereka senang bangun Subuh.'' (HR Tirmizi, Abu Daud, Ahmad dan Ibnu Majah).
Selain waktunya yang sempit sehingga dianjurkan untuk mengerjakannya tepat waktu, sholat Subuh juga lebih diutamakan dilakukan secara berjamaah. Banyak hadits yang mengatakan bahwa sholat Subuh yang dikerjakan secara berjamaah di masjid jauh lebih utama daripada dikerjakan sendirian di rumah. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sholat yang paling berat bagi orang munafik adalah sholat Isya dan sholat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya (berjamaah di masjid) sekalipun dengan merangkak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Banyak permasalahan, yang bila diurut, bersumber dari pelaksanaan shalat Subuh yang disepelekan. Banyak peristiwa petaka yang terjadi pada kaum pendurhaka terjadi di waktu Subuh, yang menandai berakhirnya dominasi jahiliyah dan munculnya cahaya tauhid. “Sesungguhnya saat jatuhnya adzab kepada mereka ialah di waktu Subuh; bukankah Subuh itu sudah dekat?” (QS Huud:81)
Rutinitas harian dimulainya tergantung pada pelaksanaan shalat Subuh. Seluruh urusan dunia seiring dengan waktu shalat, bukan waktu shalat yang harus mengikuti urusan dunia.
“Jika kamu menolong (agama) Allah, maka ia pasti akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad : 7)
“Sungguh Allah akan menolong orang yang menolong agamanya, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa” (QS Al-Hajj:40)
TIPS MENJAGA SHALAT SUBUH :
1. Ikhlaskan niat karena Allah, dan berikanlah hak-hak-Nya
2. Bertekad dan introspeksilah diri Anda setiap hari
3. Bertaubat dari dosa-dosa dan berniatlah untuk tidak mengulangi kembali
4. Perbanyaklah membaca doa agar Allah memberi kesempatan untuk shalat Subuh
5. Carilah kawan yang baik (shalih)
6. Latihlah untuk tidur dengan cara yang diajarkan Rasulullah saw (tidur awal; berwudhu sebelum tidur; miring ke kanan; berdoa)
7. Mengurangi makan sebelum tidur serta jauhilah teh dan kopi pada malam hari
8. Ingat keutamaan dan hikmah Subuh; tulis dan gantunglah di atas dinding
9. Bantulah dengan 3 buah bel pengingat(jam weker; telpon; bel pintu)
10. Ajaklah orang lain untuk shalat Subuh dan mulailah dari keluarga
Jika Anda telah bersiap meninggalkan shalat Subuh, hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi shalat. Anda akan ditimpa kemalasan, turun keimanan, lemah dan terus berdiam diri.
Keutamaan sholat subuh berjamaah diantaranya adalah mendapatkan pahala yang besar, sebanyak pahala mengerjakan sholat malam dalam satu malam penuh. Diriwayatkan Muslim dari Utsman bin Affan ra berkata: Rasulullah saw bersabda, ''Barangsiapa yang sholat Isya berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.''
Dalam hadits lain, dikatakan bahwa keutamaan mengerjakan sholat Subuh berjamaah yaitu akan mendapatkan sumber cahaya di hari kiamat yang akan meneranginya hingga mereka masuk surga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw, “Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (waktu Isya dan Subuh) menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, At-Tarmidzi dan Ibnu Majah)
Bila kita dapat memahami keutaamaan dan keistimewaan yang terkandung dalam sholat Subuh, Insya Allah kita akan terhindar dari beratnya ujian dalam mengerjakan sholat Subuh. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat-Nya untuk kita semua yang insya Allah istiqamah dalam menunaikan syari’at dan kewajiban kita sebagai umat. Amin
KEUTAMAAN SHOLAT SHUBUH DAN QABLIYAH SHUBUH
Wahai saudaraku…semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa memberikan keselamatan kepadamu dan selalu menjaga dirimu. Janganlah engkau merasa sayang meluangkan sedikit waktumu untuk membaca lembaran ini. Siapa tahu Allah subhanahu wata’ala akan memberikan manfaat kepadamu dan kepada kita semua.Suatu malam seorang lelaki shalih bangun dari tidurnya…ketika itu menjelang akhir malam mendekati waktu Fajar… ia dapati istrinya sedang bertahajjud, shalat dan berdoa dengan linangan air mata, memohon kepada Allah dengan segenap ketulusan hati. Lelaki itu sejenak tertegun melihat keshalihan istrinya, bagaimana dia seorang laki-laki asyik tidur, sementara sang istri begitu zuhud dan giat beribadah? Maka disapanya sang istri, “Tidakkah engkau tidur, apakah gerangan yang membuatmu seperti itu hingga larut begini? Maka istri yang shalihah itu menjawab, “Bagaimana akan tidur, seseorang yang tahu bahwa kekasihnya (Allah subhanahu wata’ala)tidak pernah tidur?”Keutamaan Qabliyah Shubuh
Qabliyah Shubuh yaitu shalat sunnah dua raka’at yang dilakukan sebelum shalat Shubuh. Ia merupakan amalan yang paling dicintai oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana disebutkan di dalam sabdanya, artinya, “Dua raka’at Fajar(sebelum Shubuh) lebih baik daripada dunia seisinya.” Dan dalam riwayat Muslim disebutkan, “Sungguh dua raka’at itu (sebelum Shubuh) lebih aku cintai daripada seluruh dunia.”Jika dunia dengan segenap isi dan perbendaharaannya di mata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak dapat menyamai dua rakaat sebelum Shubuh maka bagaimana lagi keutamaan shalat Shubuh itu sendiri.Keutamaan Shalat ShubuhSebagai Sebab Masuk Surga dan Selamat dari NerakaDisebutkan di dalam sebuab hadits bahwa siapa saja yang menjaga shalat Shubuh dan Ashar maka akan dimasukkan ke dalam Surga dan dijauhkan dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda dalam hadits riwayat
al-Bukhari dan Muslim, “Barang siapa yang shalat di dua waktu yang sejuk maka dia akan masuk surga.” Dan dalam hadits yang lain beliau bersabda, “Tidak akan dijilat api neraka seseorang yang shalat sebelum Matahari terbit dan sebelum tenggelam.” Yang dimaksudkan dengan dua waktu yang sejuk adalah waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar.Disaksikan MalaikatAllah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dirikanlah shalat dari sesudah Matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh.
Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. 17:78)
Shalat Shubuh, disebut Qur’anul Fajr karena bacaan al-Qur’an pada shalat ini lebih panjang daripada shalat-shalat yang lain, dan shalat Shubuh ini disaksikan oleh para malaikat. Terkait dengan ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan dalam sebuah haditsnya, “Malaikat saling bergantian dalam mengawasi kalian semua pada waktu malam, dan juga malaikat pengawas di waktu siang, mereka berkumpul pada waktu shalat Shubuh dan shalat Ashar. Kemudian malaikat yang berjaga malam hari naik, lalu Allah bertanya kepada mereka tentang hamba-hamba-Nya sedangkan Allah lebih tahu keadaan mereka, “Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku ketika kalian tinggalkan? Maka para malaikat menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat, dan ketika kami datang mereka pun juga sedang dalam keadaan shalat.”
Sungguh bahagia orang-orang yang mau memerangi diri, bangkit meninggalkan kasur-kasur mereka. Berjuang keras melawan segala yang menariknya ke tempat tidur, rasa kantuk, dingin, malas dan lain sebagainya. Mereka berharap untuk mendapatkan tiket yang begitu mahal, terbebas dari sifat nifaq, dan untuk menggapai apa yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, masuk surga. Mereka juga ingin mendapatkan persaksian mulia dari para malaikat, ingin menjadi hamba-hamba yang ditanyakan Allah keadaannya, lalu dijawab oleh para malaikat bahwa mereka sedang shalat.
Allah Bersumpah dengan Waktu Fajar. Karena besarnya keutamaan waktu Shubuh ini maka Allah subhanahu wata’ala bersumpah dengan menggunakan waktu itu, Dia berfirman, “Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. 89:1-2)
Memberi Banyak Manfaat
Wahai saudaraku, merupakan ciri khas dari shalat Shubuh ini adalah bahwasanya dia dapat menyegarkan dan memperbaharui keimanan, menghidupkan hati, melapangkan dada, membuat jiwa penuh dengan kebahagiaan serta menjadikan berat timbangan amal kebaikan.
Sesungguhnya nikmatnya tidur pada waktu Shubuh yang hanya sekian menit tidaklah sebanding dengan kengerian di kubur, atau kengerian jurang-jurang di neraka. Kala itu seseorang hanya mampu menggigit jari menyesal untuk selama-lamanya seraya mengatakan, “Wahai Rabb kembalikan aku ke dunia, aku akan melakukan amal shalih yang dulu aku tinggalkan.” Betapa celaka, kenikmatan yang di akhiri dengan penyesalan, dan kenyamanan yang membawa penderita an begitu menyakitkan.
Saudaraku tercinta, cobalah kita ingat nikmat Allah yang terus menerus mengiringi kita tiada henti, coba bandingkan kondisi anda dengan kondisi orang lain. Ketika mereka berbaring di tempat tidur, kepala mereka masih diselimuti oleh berbagai beban berat, kegalauan dan kekhawatir an, apa yang akan dimakan besok? Sementara tubuh diliputi rasa penat dan lelah, setelah seharian mencari sesuap nasi untuk menghilang kan rasa lapar. Sebagian dari mereka ketika bangun di pagi hari terkadang ditemani oleh dentuman meriam dan rentetan tembakan senapan, sementara perut terasa lapar sedang hawa pun demikian dingin menyengat. Di sisi mereka anak-anak yang masih kecil menangis, berteriak kelaparan dan mengeluh kesakitan.
Adapun kita…sungguh kita dalam keadaan aman ketika makan dan minum, badan kita pun sehat, masih punya kekuatan dan umur. Maka janganlah itu semua menipu dan membuat kita terlena, dengan menggunakan kenikmatan tersebut untuk kemaksiatan dan dosa serta lupa bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah melimpahkan segala nikmat dengan tanpa batas.
Saudaraku, apakah engkau merasa aman ketika menuju pembaringanmu, padahal boleh jadi ia adalah tidur terakhirmu di dunia. Engkau tidak bangun lagi setelahnya dan ketika bangun tahu-tahu engkau telah berada di alam kubur. Maka selayaknya kita bersiap-siap selagi kita masih berada di dunia ini. Siapkanlah jawaban untuk di kubur, jawaban yang benar dan lurus tentunya. Jangan lupa kita selalu memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar menjadikan kita semua orang-orang yang mau mendengarkan ucapan dan mau mengikuti mana yang baik di antara ucapan itu, menjadikan akhir kehidupan kita dengan akhir kehidupan yang baik dan bahagia, dan mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala menolong kita untuk selalu berdzikir mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya dan memperbaiki ibadah hanya kepada-Nya.
Jika Shalat Shubuh Diremehkan
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu merupakan kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
(QS. 4:103-104)
Islam adalah jalan kehidupan yang universal dan mencakup seluruh sisi kehidupan manusia. Islam merupakan sebuah ikatan antara seorang hamba dengan Rabbnya, Allah subhanahu wata’alaberfirman, “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu), “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia,dan jangan kamu menyembunyi kannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.”
(QS. 3:187)
Maka seorang hamba harus iltizam (komitmen) terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh Rabbnya. Dan Allah subhanahu wata’ala pun telah memberikan berbagai macam hak manusia dan berikut keistimewaannya dan pada akhirnya seorang hamba akan mendapatkan haknya yang terbesar sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, artinya, “Dan hak hamba atas Allah adalah Allah tidak menyiksa siapa saja yang tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apa pun.”
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2:208)
Para mufassirin mengatakan tentang makna ayat ini (yaitu), “Terimalah Islam dengan segenap hukum dan syari’atnya.” Allah subhanahu wata’ala telah murka kepada bani Israil yang hanya menerima sebagian ajaran agama yang mereka kehendaki serta enggan mengerjakan sebagian yang lainnya. Maka Allah subhanahu wata’ala berfirman “Apakah kamu beriman kepada sebagian dari Al-Kitab
(Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain?” (al
Baqarah:85)
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu memvonis orang yang tidak shalat Shubuh dan Ashar dengan berjama’ah sebagai munafiq ma’lumun nifaq (yang nyata nifaqnya) maka bagaimana dengan orang yang sama sekali tidak mengerjakan shalat, berjama’ah maupun tidak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda, artinya, “Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang-orang munafiq daripada shalat Subuh dan Isya’. Seandainya mereka mengetahui besarnya pahala kedua shalat tersebut, niscaya akan mendatanginya meskipun dengan merangkak.” (HR al-Bukhari)
Allah subhanahu wata’ala berlepas diri dari orang- orang yang meninggalkan shalat fardu lima waktu, sebagaimana disebutkan di dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam artinya, “Janganlah engkau meninggalkan shalat dengan sengaja, karena sesungguhnya siapa saja yang meninggalkan shalat dengan sengaja maka tanggungan Allah dan Rasul-Nya telah terelepas darinya.” (HR Ahmad dalam
al-Musnad)
Solusi
Di antara solusi yang insya Allah dapat membantu kita menjadi orang-orang yang dapat menjaga shalat adalah sebagai berikut : Hendaknya memposisikan shalat sesuai dengan kedudukannya dalam kehidupan kita, sehingga dalam seluruh aktivitas kehidupan kita senantiasa menekankan masalah shalat ini, bukan sebaliknya menyepelekannya.
Mempergunakan jam(bel/weker) untuk membangunkan kita agar tidak terlambat dalam menjalankan shalat Shubuh.
Tidur lebih awal, agar dapat bangun lebih awal pula, dan usahakan melakukan pekerjaan atau aktivitas setelah selesai shalat Shubuh. Karena Allah subhanahu wata’ala membagi rizki-Nya pada waktu setelah Shubuh ini.
Membiasakan untuk membaca dzikir dan do’a sebelum tidur, dan memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar menolong kita untuk selalu mengerjakan shalat.
Merasa sangat bersalah dan berdosa ketika kita ketinggalan shalat dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengulangi kesalahan itu.
Dialihbahasakan dari brosur berbahasa Arab dengan tema Keutamaan Shalat Shubuh dan Qabliyah Shubuh.
KEUTAMAAN SHALAT BERJAMA'AH
(Monday, 15 March 2004) - Peranserta dari Administrator - Terakhir Diperbarui ()
Shalat merupakan rukun kedua dalam rukun Islam setelah syahadatain, dan shalat merupakan tiang agama dan amalan
yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan melaksanakannya dengan cara berjama'ah merupakan
ketaatan yang sangat mulia kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sebagai syiar Islam, namun banyak orang yang
mengaku dirinya beragama Islam menganggap remeh masalah ini. Hal ini disebabkan mereka belum mengetahui
besarnya pahala yang Allah Subhanahu wa Ta'ala sediakan terhadap orang yang melaksanakan shalat secara
berjama'ah dan ketidaktahuan mereka terhadap hukum shalat berjama'ah itu sendiri.
Fadhilah Shalat Berjama'ah
1. Naungan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada hari kiamat bagi orang yang hatinya terpaut pada masjid.
Salah satu fadhilah yang didapatkan dari shalat berjama'ah adalah barang siapa yang mempunyai rasa cinta yang dalam
terhadap masjid untuk melaksanakan shalat berjama'ah di dalamnya maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan
memberikan naungan pada hari kiamat kelak. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :

"Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah Subhanahu wa Ta'ala di hari yang tidak ada naungan kecuali
naungan-Nya (diantaranya)......dan seseorang yang hatinya selalu terpaut pada masjid" (Muttafaqun Alaihi)
Berkata Imam An-Nawawi ketika menjelaskan makna hadits di atas yaitu "Orang mempunyai rasa cinta yang
dalam terhadap masjid dan kontinyu dalam melaksanakan shalat berjama'ah di dalamnya bukan berarti selalu tinggal
didalam masjid" (lihat syarah An-Nawawi 7 : 121)
2. Keutamaan berjalan ke masjid untuk shalat berjama'ah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah menjelaskan bahwa setiap langkah seorang muslim menuju ke masjid
merupakan salah satu sebab pengampunan dosa dan pengangkatan derajat, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
bersabda :
"Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dengannya Allah akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajat ?"
Para shahabat berkata : "Tentu, Ya Rasulullah", Beliau bersabda " ....dan memperbanyak langkah menuju ke masjid ..."
(HR. Muslim).
Pengangkatan derajat artinya kedudukan yang tinggi di Syurga (lihat syarah An-Nawawi 3 : 141).
Jangan dianggap bahwa penghapus dosa dan pengangkatan derajat hanya didapatkan bagi orang yang memperbanyak
langkahnya menuju ke masjid akan tetapi fadhilah ini akan didapatkan juga ketika kembali ke rumahnya, sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam :
"Barang siapa yang menuju ke masjid untuk shalat berjama'ah maka setiap langkahnya menghapuskan dosa dan ditulis
padanya satu kebaikan baik ketika ia pergi maupun ia kembali" (HSR. Ahmad).
3. Keutamaan menunggu shalat
Dan diantara fadhilah shalat berjama'ah adalah barang siapa yang duduk untuk menunggu shalat ia akan senantiasa
dido'akan oleh para malaikat, makhluk yang tidak pernah bermaksiat kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
"Tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan". (QS. At Tahrim :6)
Rasululah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda
"Apabila salah seorang dari kalian duduk untuk menunggu shalat di masjid maka dia senantiasa dalam keadaan shalat
selama ia tidak berhadats (dan) para malaikat akan mendo'akannya : "Ya Allah ampunilah dia, Ya Allah rahmatilah dia"
(HR. Muslim)
4. Keutamaan berada di shaf pertama
Dalam shalat berjama'ah terdapat shaf dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah melebihkan shaf awal atas
shaf lainnya dikarenakan didalamnya terdapat fadhilah yang sangat agung. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
bersabda
"Kalau seandainya manusia mengetahui apa yang terdapat dalam adzan dan shaf pertama kemudian mereka tidak
mendapatkannya kecuali dengan melakukan undian niscaya mereka akan melakukannya" (HR. Bukhari)
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak menjelaskan tentang fadhilah apa yang terkandung didalamnya hal ini
menunjukkan betapa besarnya pahala yang terdapat didalamnya.
Dan telah datang beberapa riwayat yang menjelaskan bahwa shaf awal juga menyerupai shafnya para malaikat,
sebagaimana juga terdapat riwayat bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala dan malaikat-Nya bershalawat terhadap orangorang
yang berada di shaf awal dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah memintakan ampun kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala atas orang-orang yang berada di shaf pertama dan kedua (Lihat Ahammiyatu Shalatil Jama'ah :
21-24).
5. Keutamaan berada di shaf sebelah kanan
Diriwayatkan dari Aisyah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas orang-orang yang berada pada shaf sebelah kanan" (HHR.
Abu Daud dan Ibnu Majah).
Dan adalah para shahabat menyukai untuk senantiasa berada di bagian kanan shaf apabila mereka shalat dibelakang
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Al-Bara' Radhiyallahu 'anhu berkata :

"Kami apabila shalat di belakang Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam lebih kami sukai untuk kami berada di sebelah
kanan beliau karena beliau menghadapkan wajahnya (pertama kali) kepada kami (saat salam)" (HSR. Abu Daud)
6. Keutamaan mengucapkan amin bersama imam
http://www.wahdah.or.id/wahdah - Wahdah Islamiyah Powered by Mambo Generated: 14 January, 2011, 15:25
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah menjelaskan tentang fadhilah mengucapkan amin bersama-sama imam
dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
Sallam bersabda:
"Apabila imam mengucapkan "ghairul maghduubi 'alaihim waladdhaliin" maka katakanlah "Amin" karena barang siapa
yang aminnya bertepatan dengan aminnya para malaikat maka akan diampuni dosanya yang telah lalu " (HR. Bukhari)
7. Pengampunan dosa atas orang yang melaksanakan shalat berjama'ah setelah menyempurnakan wudhu.
Diantara fadhilah dari shalat jama'ah adalah kabar gembira dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam atas orang yang
shalat berjama'ah setelah menyempurnakan wudhu berupa pengampunan dosa. Diriwayatkan dari Utsman bin Affan
berkata "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda :
"Barang siapa yang berwudhu dan menyempurnakannya kemudian berjalan untuk melaksanakan shalat fardu bersama
dengan manusia atau secara berjama'ah atau di dalam masjid maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengampuni
dosa-dosanya" (HR. Muslim)
8. Keutamaan shalat berjama'ah atas shalat sendiri
Telah terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan tentang ganjaran bagi orang yang melaksanakan shalat secara
berjama'ah berupa pelipat gandaan derajat atas orang yang shalat secara sendiri-sendiri. Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa Sallam bersabda
"Shalat berjama'ah lebih afdhal dari shalat sendiri sebanyak dua puluh derajat" (HR. Bukhari)
9. Dua pembebasan atas orang yang senantiasa mendapatkan takbir pertama imam selama empat puluh hari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda
"Barang siapa yang shalat selama empat puluh hari secara berjama'ah dan selalu mendapatkan takbir pertama, maka di
tetapkan baginya dua pembebasan : Pembebasan dari api neraka dan pembebasan dari nifaq" (HHR. Tirmidzi).
Ya Allah, janganlah Engkau wafatkan kami sebelum kami mendapatkan keutamaan-keutamaan ini, Amin.
-Syamsuddin-
Maraji' : Ahammiyah Shalati Al Jama'ah, Dr. Fadhlu Ilahi
(Al Fikrah Tahun 2 Edisi 18)

masuknya islam ke indonesia

SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
Pada tahun 30 Hijri atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi'i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.
Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal. Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran, keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14 dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu / Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya sebagai rahmatan lil'alamin.
Dengan masuk Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang terbesar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 Masehi. Penyebabnya, selain karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah - terutama Belanda - menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan pribumi.
Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan subur makmur ini, memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai. Apalagi mereka mendapati kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu / Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.
Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi'i. Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam. Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik licik, namun sejarah telah mencatat jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Pasai, Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku Umar).






Beberapa Pendapat Tentang Awal Masuknya Islam di Indonesia.
1. Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
1. Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh), sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
2. Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
3. Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.
4. Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
5. Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
6. Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnay berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.
7. W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).
8. T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).
1. Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
1. Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)
2. Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
1. Catatan perjalanan marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di aceh, pada tahun 1292 M.
2. K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.
3. J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
4. Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13, berdasarkan saudah adanya beberapa kerajaaan islam di kawasan Indonesia.
Siapakah Pembawa Islam ke Indonesia?
Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, baik dari Arab, Persia, India dan China. Islam secara akomodatif, akulturasi, dan sinkretis merasuk dan punya pengaruh di arab, Persia, India dan China. Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dengan demikian bangsa Arab, Persia, India dan china punya nadil melancarkan perkembangan islam di kawasan Indonesia.
Gujarat (India)
Pedagang islam dari Gujarat, menyebarkan Islam dengan bukti-bukti antar lain:
1. ukiran batu nisan gaya Gujarat.
2. Adat istiadat dan budaya India islam.
Persia
Para pedagang Persia menyebarkan Islam dengan beberapa bukti antar lain:
1. Gelar “Syah” bagi raja-raja di Indonesia.
2. Pengaruh aliran “Wihdatul Wujud” (Syeh Siti Jenar).
3. Pengaruh madzab Syi’ah (Tabut Hasan dan Husen).
Arab
Para pedagang Arab banyak menetap di pantai-pantai kepulauan Indonesia, dengan bukti antara lain:
1. Menurut al Mas’udi pada tahun 916 telah berjumpa Komunitas Arab dari Oman, Hidramaut, Basrah, dan Bahrein untuk menyebarkan islam di lingkungannya, sekitar Sumatra, Jawa, dan Malaka.
2. munculnya nama “kampong Arab” dan tradisi Arab di lingkungan masyarakat, yang banyak mengenalkan islam.
China
Para pedagang dan angkatan laut China (Ma Huan, Laksamana Cheng Ho/Dampo awan ?), mengenalkan islam di pantai dan pedalaman Jawa dan sumatera, dengan bukti antar lain :
1. Gedung Batu di semarang (masjid gaya China).
2. Beberapa makam China muslim.
3. Beberapa wali yang dimungkinkan keturunan China.
Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang penuh toleransi (Umar kayam:1989)
Proses Awal Penyebaran Islam di Indonesia
1. Perdagangan dan Perkawinan
Dengan menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat Islam).
2. Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur).
3. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitau:
a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya).
b. Pendidikan pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.
Dari ketiga model perkembangan Islam itu, secara relitas Islam sangat diminati dan cepat berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, intensitas pemahaman dan aktualisasi keberagman islam bervariasi menurut kemampuan masyarakat dalam mencernanya.
Ditemukan dalam sejarah, bahwa komunitas pesantrean lebih intens keberagamannya, dan memiliki hubungan komunikasi “ukhuwah” (persaudaraan/ikatan darah dan agama) yang kuat. Proses terjadinya hubungan “ukhuwah” itu menunjukkan bahwa dunia pesantren memiliki komunikasi dan kemudian menjadi tulang punggung dalam melawan colonial

english Grmmar

simple Present Tense
1A. Explanation
The simple present tense takes one of two forms depending on the subject.
Subject base form -s form
I, you eat
They, We go
Plural nouns work
He, She, It eats
Singular nouns goes
Non count-nouns works

1B. Examples
Subjects followed by verb in base form: Subjects with verb in –s form
I like rice. She makes toys.
You look nice. He rakes leaves.
They think twice. It takes time.
We throw dice. Mom bakes pies.
Chefs use spice. Water slakes thirst.
The boys ring the doorbell. Jill loves dates.
Children sing on special occasions. Mr. Smith fills crates.
Some people bring gifts to parties. Grandpa washes plates.
Bees sting when they are disturbed. The dog jumps gates.

1C. Exercises
1. Jerry (come/comes) to school on time.
2. Jerry and Linda (come/comes) to school on time.
3. Ms. Jones (teach/teaches) geography.
4. The cat (sleep/sleeps) on the sofa every day.
5. Milk (cost/costs) two dollars a quart.
2A. Explanation
Use the simple present tense to indicate:
1. Routine actions
2. Facts
2B. Examples
Routine actions Facts
John brushes his teeth every morning. Hawaii is in the Pacific Ocean.
Carol usually drives to work. Some birds fly south for the winter.
The teacher grades homework on Fridays. Water consists of hydrogen and oxygen.

Note how the present tense is used in the following paragraph.
Mr. Lee is a bus driver. Every day he gets up at 7:00 a.m. and prepares for his day. He showers, eats his breakfast, and puts on his uniform. His wife drives him to the station where he checks in with his supervisor. Then, he gets on Bus #405 and starts the engine. He pulls out of the parking lot and begins his route. At his first stop, he picks up Mrs. Miller, who lives in a red house on the corner of Main Street and Seventh Avenue. She works at the post office and has to be to work by 9:00. At the next stop, the Bartlett twins get on the bus. They attend class at Bayside Elementary. More children get on at the next three stops, and they ride until the bus reaches their school. Mr. Lee enjoys seeing the kids every day and is happy to see them again in the afternoon when he drives them safely back home.
2C. Exercises
1. To practice the present tense, reread the above paragraph, then try to repeat the main ideas in your own words. Be sure to use the -s form of the verb when the subject of a sentence is singular. Have a partner listen to your speech and check for correct usage of verbs.
2. Tell whether the present tense is appropriate in the following sentences.
1. Yesterday I go to Washington D.C.
2. Everyday, Mr. Johnson cleans his room.
3. They usually take the bus to the office.
4. Right now Susan eats her breakfast.
5. Melinda and Harry work in the bank. Correct
Correct
Correct
Correct
Correct Incorrect
Incorrect
Incorrect
Incorrect
Incorrect
Common Mistakes with the simple present tense
1. Not using the -s form with singular subjects:
Jack likes Chinese food.
Jack like Chinese food. (Correct)
(Incorrect)
2. Using the simple present tense when another tense is required.
Last night I watched television for two hours.
Last night I watch television for two hours. (Correct)
(Incorrect)


Adjectives
Adjectives are used to describe nouns. They give more details or information about the nouns they are associated with.
A: Tell me about your boyfriend
B: Well, he is tall, dark, and handsome.
A: Sounds like mine.
Adjectives can be used to answer the questions What kind (of) or Which one?
A: Hi. I'm calling about the car you're selling?
B: It's a great car. (It's) in excellent condition.
A: What kind of seats does it have?
B: They're very comfortable seats, (soft, plush, just like a sofa.)
A: Uh. I think I'll sleep on it.
A: Hand me a book.
B: Which one do you want?
A: The red book. The red one.

Adjectives come before the nouns they modify (not after).
Three happy hippies lived in the Heartquake Hotel.
WRONG: Three hippies happy lived in the Heartquake Hotel.
Adjectives can also be used with linking verbs to describe the subject of a sentence.
When used in this manner, the adjective(s) come after the linking verb.
My mother is tall and slender.
WRONG: My mother tall and slender. (No linking verb.)
Seem, become, appear, and verbs of perceptioncan also be used as linking verbs. Note how they are used with adjectives in the following. Can you identify the linking verbs and the adjectives?
The journey seemed long. (It appeared strenuous and boring.)
You smell nice today. What kind of cologne are you wearing?
A: What do you want to do this weekend? Bowling? Shopping? A movie?
B: Bowling sounds good.
Adjective Order

When several adjectives modify the same noun, there is a particular order they must follow in English. Certain adjectives come before others. (Not all have to be used in the same sentence.)
See the chart below.

Quanti-fier




Some of
All of
Both Article
Posses-sive
Demons-trative

the, a, an
this, that
my, his Number
Sequence




three
second
next Quality
Size




wonderful
clean
large Shape





round
square
flat Color





red
yellow
black Origin





Laos
Italian
French Material





metal
ceramic
wood

Examples:
Some of the hungry gentlemen
The last great civilization
Ten big round metal rings
The beautiful Japanese ceramic vase
Either of the small green apples
My three lovely daughters
An interesting wooden statue
The third red plastic containe
resent Progressive / Continuous
The present progressive tense takes the form be + V ing.
The form of “be” is determined by the subject of the sentence.
He is singing.
She is listening.
They are sleeping.
I am going home.
In English, the present progressive is used to indicate actions happening at the time of speaking, or right now.
Jake is speaking to his mother right now.
Please keep quiet. The baby is sleeping.
The present progressive can also be used to indicate actions occurring over a period of time which includes the present.
I’m taking five classes at the university.
Grace is working at a chemical factory.
What are you doing these days?
The present progressive is sometimes used to indicate ongoing, developing, imminent or future actions.
Ongoing
Don’t bother Mr. Grumpy while he is watching the football game.
Developing
I’m beginning to like this place!
Imminent
A: Honey, where are you?
B: I’m coming. Just let me put on my shoes.
Future (Note the presence of future time words.)
A: Are you going to the concert this weekend?
B: I wish I could, but I’m meeting an important client from Oklahoma.
Some non-action verbs do not occur in the present progressive tense. The simple present is sufficient.
Past Simple
Explanation
1. The simple past tense is expressed with the past form of the verb and nothing else.
My grandfather died last year. (Correct)
My grandfather was died last year. (Incorrect)
My grandfather has died last year. (Incorrect)
2. The simple past tense refers to
a. action which occurred at a specific time in the past
b. completed action
c. past status
Examples
Specific past action Completed action Past status
I ate lunch at noon today.
He drove to work yesterday. She finally mailed the letter.
Jan finished her report on time. John was still single in 1995.
Jane was a movie star.

Note the usage of the past tense in the following story.
Yesterday Mrs. Hubbard had a very rough day. In the morning, she went to the kitchen and looked in the cupboard for some food for her dog, but the cupboard was empty. Her poor dog stared up at her with its hungry eyes, and she knew she had to do something quickly. She hurried to the grocery store to buy some dog food, but unfortunately the store was out of her dog’s favorite brand, so she had to catch a bus downtown. After buying the food, she waited for a half hour in the rain to get a taxi. When she finally got home, her dog was sound asleep on the living room sofa.

Common problems with the past tense
1. Using the present tense when the past tense is required.
Last week, Tonya fix her neighbor’s car. (Incorrect)
Last week, Tonya fixed her neighbor’s car. (Correct)
2. Using “was” with verbs in the past tense.
It was happened one night in September. (Incorrect)
It happened one night in September. (Correct)

Past Progressive / Continuous
Past progressive tense is used to indicate that an action was in progress when another action occurred in the past.
Past progressive (was/were + Ving) refers to the action in progress, and simple past tense refers to the "interrupting" action.
While I was eating dinner, the telephone rang.
The telephone rang while I was eating dinner.
When the telephone rang, I was eating dinner.
I was eating dinner when the telephone rang.
Past continuous can also be used to indicate only one action which occurred in the past:
What was John doing yesterday?
He was working at the factory.
What were they doing yesterday afternoon?
They were playing soccer.
What were you doing last night?
I was studying English.
Present Perfect Simple
Present Perfect Tense can be used in three situations:
1. To indicate something that has happened at an indefinite time in the past.
I have seen that movie already.
She has left for California.
They have not eaten their dinner yet.
2. To indicate something which started in the
past and continues until now.
I have lived in New York for nine years.
We have been here since Friday.
He has played football since he was a child.
3. To indicate something which occurred recently.
I have been sick lately.
She hasn’t slept much recently.
Notes:
When speaking about a specific time, use past tense.
A: I have seen that movie already. (Non-specific time)
B: Oh really? When did you see it?
A: I saw it last week with Bob. (Specific time)
Some words should not be used in situation 2 (above)
I have met John for five years. (INCORRECT)
I have known John for five years. (CORRECT)
I met John five years ago. (CORRECT)
I have met John already. (CORRECT)
Sometimes, but not always, present perfect continuous can be used instead of present perfect.
I have lived there for ten years. (Okay)
I have been living there for ten years. (Okay)
I have exercised a lot recently. (Okay)
I have been exercising a lot recently. (Okay)
I have seen that movie ten times. (Okay)
I have been seeing that movie ten times. (NOT Okay)
this is very good site for people like me who wants to learn english:0 guys keep up the good work,your helping lot os people because of this.
present Perfect Progressive
The present perfect progressive expresses the meaning “until now” and makes the connection between the past and present. Since it is progressive, it usually connotes an idea of continuity. It is often used with prepositional phrases: for + amount of time and since + point in time.
I have been living in Minneapolis since 1999.
I have been living in Minneapolis for three years.
The present perfect progressive tense is made by placing have been (or has been) immediately in front of the –ing form of the main verb.
The present perfect progressive can sometimes be interchanged with the present perfect tense with little or no deviation in meaning.
Esther has worked there for nine years.
Esther has been working there for nine years.
However, in cases where the present perfect tense carries the meaning “before now” (non-specific time in the past), the present perfect progressive cannot be used.
ast Perfect
Past perfect tense is used to indicate that one action occurred before another action in the past. In other words, past perfect tense indicates the first of the two actions.*
For example,
When I woke up this morning, my roommate had left already.
After I had eaten my dinner, I went to see a movie.
Before I arrived at the theater, the movie had already begun.
Sometimes, when the meaning is clear from context, the simple past tense can be used.
After I had gone shopping, I stopped at the health spa.
After I went shopping, I stopped at the health spa.
The most common error with the past perfect is using it where it does not belong.
When I was young, I had been a cowboy.
When I was young, I was a cowboy. (Incorrect—no reference to other events)
(Correct)
Yesterday the Johnsons had opened their new business.
Yesterday the Johnsons opened their new business. (Incorrect)
(Correct)

*In some very unusual cases, the past perfect tense can refer to the second past action.
Before I had finished my homework, the telephone rang.
(The telephone interrupted me before I finished my homework.)

ear Sir/Madam

Having heard that there is an excited vacancy for Sales Manager, I am interested to join at your established organization and a copy of my curriculum vitae is enclosed.

I am currently working as a Sales Executive and completely have previous background at Sales Department in one of Asia chain resort. With impeccable standards of hotel and villa experience, have an excellent eye for detail and the ability to bring out the best in your team.

Though it would be my third experience in the hospitality industry, the kind of work in which your consulate is engaged particularly interests me and I would welcome the opportunity to join your excellent company.

I shall be pleased to provide any further information you may need and hope I may be given the opportunity of an interview.



Yours sincerely,


Your Name